Demo Ricuh, Polisi Ditimpuki Batu
Jumat (27/9)
siang, Ribuan mahasiswa memadati jalan Merdeka Kota Padangsidimpuan. Di antara
sekretariat DPRD dan kantor Walikota Psp. Berorasi, menuntut pembatalan RKUHP.
Perwakilan
organisasi mahasiswa dan BEM se Tapanuli Bagian Selatan bergantian menyampaikan
orasi. Mereka mengecam tindakan represif aparat di berbagai daerah di
Indonesia.
"Kami
mengecam Dewan Pengkhianat Rakyat," teriak Roni, BEM UMTs dari atas mobil
komando.
Dalam gerakan
gelombang protes ini, kata mereka tidak ada tujuan subversif melawan
pemerintah. Mereka hanya menyuarakan hak rakyat. Dan bila ada tudingan gerakan
ini ditunggangi, benar namun ditunggangi kepentingan rakyat.
"Lawan,
tindakan yang menindas rakyat. Lawan tindakan represifitas aparat. Kami dari PMII
mengutus keras tindak kekerasan polisi, angkat tangan kirimu; Lawan!,"
kata Saddam dari PMII.
74 tahun sudah
merdeka, namun berpendapat belum bebas merdeka. Maka dengan ini, mereka
mengecam keras arogansi aparat dan menuduh anggota dewan (DPR/DPRD) hanya
kumpulan orang yang bodoh. Kata perwakilan BEM IPTS.
Kemudian dari
UGN, meminta DPRD Kota Psp bersedia menghadapi mahasiswa untuk berkomitmen satu
suara untuk revisi UU KPK juga menolak RKUHP.
Kemudian Ruly
Paisal menegaskan, jika petani harus diperhatikan. Maka harus direvisi UU
Pertanahan, yang sangat merugikan kaum tani.
"Kami
menangis melihat para petani menangis, petani dirampas haknya. Kami menolak
revisi UU pertanahan" katanya.
GMKI menyuarakan
tentang kabut asap. Dan mereka mendukung dan satu suara dengan mahasiswa.
Muqdial Amri
Hasibuan, dari IMM menyuarakan aspirasi tentang kutukan terhadap tindakan
represif aparat bagi mahasiswa yang melakukan demonstrasi.
Mahasiswa yang
unjukrasa mendesak masuk ke ruang DPRD. Rusydi Nasution dan Mohammad Chalid
Rahman dari fraksi Gerindra dan Maulana dari Golkar sempat menemui mahasiswa.
Namun jumlah massa yang ribuan itu tak terorganisir satu komando. Mereka
mendesak untuk masuk ke kantor DPRD Kota Psp itu.
Dorong-dorongan
pun terjadi hingga merusak pintu pagar kantor perwakilan rakyat yang dijaga
ketat polisi saat itu. Polisi yang menahan dorongan mahasiswa mengayunkan
pukulan menggunakan pentungan. Dan dibalas lemparan dari berbagai arah
mahasiswa. Batu, botol minuman semua mengarah ke lingkungan kantor DPRD ini. Cek Vidio di sini;
Polisi
menembakkan gas air mata, ada tiga mahasiswa yang terpantau luka dan sempat
lemas. Sementara dari amatan Metro Tabagsel, ada dua polisi yang luka pada
bagian wajah dan jemari.
Terakhir,
unjukrasa itu kembali damai. Dan menyuarakan sikap sebagai deklrasi bersama
dengan
DPRD untuk menolak RKUHP dan revisi UU KPK serta UU lainnya yang
disuarakan mahasiswa di seluruh Indonesia. Sampai berita ini
ditulis, rapat rakyat masih berlangsung diwakili masing-masing 10 orang dari
setiap lembaga. (san)