***
Sebanyak 20 Tim yang menjadi peserta Lomba Lintas Hutan Tropis (LLHT) V KPA Forester Tabagsel, diberangkatkan dari Kelurahan Pintu Padang, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan pagi itu, Sabtu (9/3) pukul 07.30 WIB. Perjalanan panjang sejauh 13.4 Kilometer dengan berbagai rintangan, menanti di kaki-kaki Tor Gon-gonan.
Sebagai bagian dari panitia, saya mengikuti perjalanan para peserta, dari belakang sembari melakukan penyisiran. Bersama Irfan Napitupulu, seorang panitia yang berasal dari kelompok Naposo Nauli Bulung Pintu Padang. Pelepasan tim terakhir berjarak 15 menit. Kami pun memulai perjalanan ini, dari permukiman yang berdataran 220 Mdpl (meter diatas permukaan laut) sampai 250 Mdpl.
Di ujung permukiman terakhir, tanjakan sudah mulai menyambut. Kiri kanannya perkebunan warga, berupa pohon karet, kulit manis, kemiri, dan juga kakao. Treknya pun berupa jalur lintasan petani, dan masih bisa dilalui kendaraan roda dua. Namun, kemiringannya cukup memaksa betis menahan tekanan tatkala kaki sedikit menjinjit.
"Ini dinamai tanjakan siulak-ulak anjing. Karena tanjakan ini, anjing pun katanya pulang tak mau melewatinya," cerita Irfan, pemuda setempat itu.
Disini, ada sebanyak lima tim kami lewati tengah beristirahat. Mengembalikan tenaga sejenak. Informasi terakhir, satu tim harus kembali ke pos awal kendati seorang anggotanya tak lagi sanggup meneruskan perjalanan. Diukur dari piranti pengukur ketinggian, hingga dataran terakhir diujung tanjakan memiliki ketinggian 469 Mdpl. Artinya, elevasi selama tanjakan ada sekitar 220 meter.
Hawanya mulai terasa dingin, meskipun ini masih kawasan perkebunan masyarakat. dari sini terlihat jelas hamparan luas persawahan desa-desa di Batang Angkola, atau bukit Padang di arah lainnya. Suara nyaring Kumbang Kayu dan sejenis Kadal sahut bersahut. Seperti menyambut kedatangan.
Tak jauh, Pos satu dari lima pos didapat. Ada di pinggir Sungai Salam. Sungai yang airnya dingin dan jernih. Sumber air terakhir bagi penjelajah rimba, hingga nantinya di pos terakhir. Dari pos awal ke pos pertama, waktu perjalanan ditempuh selama satu setengah jam, dengan dua kali beristirahat. Seperti biasa, di tiap pos peserta diuji tentang keunikan alam yang mereka temukan dalam perjalanan, dan kekompakan tim mereka tentunya.
Beranjak dari Pos ini, maka sesungguhnya tantangan baru dimulai. Jalurnya baru beberapa hari sebelumnya dibuka panitia. Petunjuknya hanya seutas benang putih, atau pita kuning dan merah muda, bila ada persimpangan. Jalan tetap menanjak. Pijakan tanah lembab, sebagaimana permukaannya yang nyaris tak tersentuh sinar matahari. Tertutup kanopi pepohonan. Peserta harus berhati-hati, melintasi jalur sempit yang kiri dan kanannya itu lembah yang dalam.
Sebagaimana hutan heterogen, berbagai pepohonan menjulang tinggi, di sini ada sejenis Bania, Karangan, Damar, Meranti dan sejumlah pohon yang telah menjadi beringin. Sepanjang perjalanan, terlihat ada beberapa pohon yang baru ditumbang, menggunakan mesin chainsaw.
Kami menempuh perjalanan dari Pos I ke Pos II kurang lebih empat jam. Dengan beberapa kali istirahat, dan merangkak menghindari rintangan tentunya memperlambat perjalanan. Di Pos II ini, ketinggiannya 970 Mdpl. Dijaga Rozak serta beberapa panitia lainnya, dan Uak Long tetua kampung yang dahulunya kerap berburu di sekitaran sini.
Di sini pula, hamparan biru seluas lebih dari setengah hektar, tampak indah memisahkan kami dengan daratan lain yang juga disangga pepohinan tinggi nan rimbun di kaki Gunung Gon-gonan. Puncaknya itu mencapai 1396 Mdpl.
Hamparan biru itu danau Gon-gonan, orang sekitar menyebutnya sebagai Tasik Gon-gonan. Airnya berasa sedikit asam. Namun kata penduduk, di dalamnya juga terdapat habitat ikan gabus, yang ukuran kepalanya jauh lebih besar dari badan. Pertumbuhan yang dianggap gagal, bagi ikan jenis itu.
"Saya disini (beraktifitas) sudah 20 Tahun. Ini baru dikunjungi seperti ini hanya baru-baru ini. Dulu angker. Karena sekitar 13 Tahun lalu ada perempuan yang hilang kesini, namanya Saua orang Pasarlamo," kata Uak Long. Kakek berambut putih itu bercerita, jika dia juga sudah mendirikan pondok, membuka kebun jengkol di sekitaran danau itu. Dirinya kerap mukim disini selama seminggu penuh. Sendiri.
Kini, Danau ini dan Hutan Lindung sekitarnya beserta keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, diwacanakan akan menjadi tujuan wisata lintas alam. Menjelajah rimba, bersama KPA Forester Tabagsel dan masyarakat Pintu Padang yang sudah menggagasnya.
Kini, Danau ini dan Hutan Lindung sekitarnya beserta keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, diwacanakan akan menjadi tujuan wisata lintas alam. Menjelajah rimba, bersama KPA Forester Tabagsel dan masyarakat Pintu Padang yang sudah menggagasnya.
Labels:
Feature
Thanks for reading Lintas Hutan Gon-gonan, Menengok Danau Biru di Ketinggian 1000 Mdpl. Please share...!
0 Komentar untuk "Lintas Hutan Gon-gonan, Menengok Danau Biru di Ketinggian 1000 Mdpl"