Media untuk Karya, Karsa, Rasa dan Apa Saja

Aisyah Menyusul Ibu...

Aisyah Menyusul Ibu...

Tampak Annisah bersama Ayah dan keluarga lainnya, menyaksikan saat terakhir sebelum akhirnya Aisyah menyusul Sang Ibu

“Ompung, ompung (kakek/nenek)!,” terdengar teriakan tangis lemah dari dalam reruntuhan. Suara bocah yang semakin mengecil itu membangkitkan semangat dan harapan seluruh relawan yang turun mencari korban di tumpukan puing-puing bangunan rumah milik Bisri di Silayanglayang, Lingkungan IV, Kelurahan Wek II, Kecamatan Padangsidimuan Utara, Selasa (28/7) menjelang subuh itu.

Sontak, semua relawan mencari asal suara dan berusaha mencari harapan dari balik celah reruntuhan rumah yang porak-poranda akibat ditimpa pergeseran tebing, Senin (27/6) sore hari sebelumnya.Suara itu... Ya, itu adalah suara Aisyah. Semua relawan bergerak cepat, dengan sisa tenaga yang semakin berkurang hingga akhirnya semakin dekat dengan suara gadis kecil yang terperangkap di balik tembok dan dibalik gundukan batubata bangunan rumah roboh tersebut.“Aisyah sabar ya nak, sudah dekat ini, berdoalah dulu,” teriak seorang prajuit TNI memberi semangat menyahuti lirih tangis suara yang hilang timbul di beratnya himpitan tanah dan beton.Ada sekira satu jam para relawan mencari celah dan membuka beberapa lubang dari tiang dan lantai bangunan beton yang telah menyatu bersama lantainya. Hingga akhirnya, Aisyah, gadis yang dicari berkat pekik tangis sakitnya itupun terlihat samar tertutup debu-debu puing, terapit di kedalaman reruntuhan. Ia ditemukan masih selamat di balik kerasnya beton dan tanah, serta pijakan para relawan. Saat itu di atasnya terdapat sebuah kulkas dan sebuah dispenser. Itu pulalah yang menahan beton hingga tak menimpanya secara langsung. Namun saat itu Aisyah belum bisa dikeluarkan. Masih ada beberapa lapisan besi beton yang harus dipotong terlebih dulu.“Haus pak, haus…” keluh gadis malang itu parau saat lobang kecil dibuka dari atas wajahnya demi pelega nafas yang memang sesak didekap gelap dan sempit sakitnya timpaan bangunan rubuh.“Air, air minum. Cepat beri air minum!” pinta relawan sesak yang langsung memberikannya air mineral kemasan beserta sedotan plastik lewat celah-celah besi beton.Aisyah begitu kehausan, hingga menghabiskan beberapa air mineral dengan kemasan menyerupai gelas. para relawan dan masyarakat yang menyaksikan terlihat masih resah dan belum lepas berharap ada keajaiban

Pertolongan yang masih tertunda berlanjut, setelah memperlebar celah dengan cara memotong besi beton menggunakan gunting besi dan mesin gerinda. Aisyah mulai lega namun belum berhenti berteriak kesakitan. dengan bauran ketergesaan dan semangat nan mulai menemukan adrenalinnya, relawan pun dengan penuh cara dan ketabahan berhasil mengangkat dan mengeluarkan tubuh mungil Aisyah yang tengah lemas tak berdaya.“Subhanallah, Allahu Akbar, Ya Allah,” teriak ratusan warga yang menyaksikan proses evakuasi. Tangis haru pun terdengar menyertai berdirinya bulu roma tatkala menyaksikan pertolongan itu, tak dari satu dua orang, ada banyak warga yang meneteskan air mata.Setelah mampu bertahan hampir 10 jam di apit puing-puing bangunan, Aisyah yang dipastikan masih bernafas kemudian dilarikan ke RSUD Padangsidimpuan.Di sana, sebagian tubuh gadis kecil itu tampak telah kaku seperti mati rasa. Namun ia masih bisa berteriak dengan sisa suara dengan memanggil: Ompung… Ompung…!“Lama lagi pulang ompung? Ompung… Sakit…” tangis manjanga saat melihat kakeknya Suhaimi menghampiri di ruang IGD.“Mana yang sakit Syah? Ompung di sini,” sapa lembut Suhaimi memberi semangat sembari berharap cucunya bisa sehat.“Mau muntah aku ompung, tapi sakit perutku. Gak bisa kuapakan,” sahut Aisyah mengisyaratkan keluhannya yang kala itu diberi bantuan oksigen.Kembali ke lokasi kejadian, setengah jam kemudian, atau tepatnya pukul 05.00 WIB, Adik Aisyah, Muhammad Al Iman yang merupakan anak keempat pasangan Bisri dengan Almarhummah Nuraini juga ditemukan. Namun sayangnya, saat ditemukan, Al Iman sudah meninggal dunia.Sementara itu Aisyah, satu-satunya korban yang selamat dari kerasnya enyakan tanah, terus dipantau perkembangannya. Sanak keluarga beserta keluarga melihatnya bergantian, meski dari kejauhan. Doa pun terus terucap dari keluarga dan warga di rumah sakit.Namun hingga kemarin pukul 17.30 WIB, duka kembali merundung. Di ruangan tempat Aisyah dirawat, isak tangis kembali membahana mengisi setiap sudut ruang khusus itu. Ya, duka itu dari Aisyah yang semula selamat setelah berjuang di antara reruntuhan hampir sepuluh jam, akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Ia menyusul ibunya Nurmini (29) dan ketiga adiknya; Maryam Lubis (5), Muhammad Al Iman (2) dan Ibrohim (29 Hari).“Aisyah… Nak, Aisyah… Astagfirullah! Aisyah!” pekik ayahnya Bisri memeluk tubuh mungil itu.Sesekali lelaki yang sehari-harinya menjual bubur di Jalan Sudirman itu terduduk dan kembali bangkit. Tak sanggup lagi, ia pun tumbang dan harus terbaring di ruangan itu. Semua keluarga menangis dan tersedu. Bahkan, warga yang menyaksikan pun turut menangis. Kini tinggal kakak Aisyah bernama Annisah (9) yang selamat. Sebelumnya ia ditemukan warga tak berapa lama usai kejadian. Kemarin, Annisah juga berada di ruang perawatan adiknya, Aisyah. Annisah polos yang dahinya diperban itu hanya terdiam menyaksikan kepergian adiknya yang terakhir selamat itu. pandangan kosongnya jelas menyiratkan sejuta tanda tanya atas kepergian Aisyah.“Tinggal kamu bou satu-satunya, sabar kamu bou, tinggal kamu,” peluk tangis histeris anggota keluarga korban sembari membawa Annisah dari sisi Aisyah.Sementara Bisri masih berjuang bangkit untuk mempertahankan pandangannya pada tubuh putri kedua yang kaku di ranjang Rumah Sakit itu. Namun kedukaan mendalam itu membuatnya tak berdaya. Ia pun dibopong dan dibantu sejumlah wartawan yang hadir di sana.“Sonjia mei, ia madung tenang doi, na ias dope ia, ita ikhlaskon ma aha na dilehen ni Tuhan. Ita do na dewasa on, karejonta dope angkon na ita karejoon (Bagaimanalah nak, sudah tenang dia di sana. Dia masih suci, mari kita ikhlaskan apa kehendak Tuhan. Kita yang dewasa ini masih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan),” tabah kekek Aisyah bernama Suhaimi kepada anaknya Bisri.Meski tak kuasa menahan tangis, Suhaimi tampak lebih tegar. Ia tak henti-hentinya membujuk Bisri untuk tegar dan merelakan kepergian Aisyah menyusul Ibunya dan 5 Anak Surga lainnya.“Tadi pagi masih tegar, ini sudah drop. Entah bagaimana bisa begini,” isak spontan anggota keluarga lain menyaksikan tubuh kosong Aisyah.Kisah pilu ini terjadi pada Senin, 27 Juli 2015. Satu tragedi musibah yang menimpa dua keluarga menyiksakan selaksa doa. Diantara Korban yakni dari keluarga Bisri Lubis (Pemilik rumah) adalah Nurmini (29/Istri)) . Kemudian Maryam Lubis (5), Muhammad Al Iman (2) dan Ibrahim Lubis yang masih berusia 29 hari dan tak berselang sehari disusul Aisyah (7). kemudian dari Keluarga Nelly Sari adalah Zainab (8) dan Maryam Piliang (5). Nelly sendiri selamat setelah terpental keluar bersama Annisah (8) anak pasangan Bisri dan Almh Nurmini. (Samman Siahaan)

Labels: Feature

Thanks for reading Aisyah Menyusul Ibu.... Please share...!

0 Komentar untuk "Aisyah Menyusul Ibu..."

Back To Top